Jodoh?

couple, wedding, newly weds-7065646.jpg

Satu hal yg paling aku syukuri dalam milih pasangan dan memutuskan menikah dengannya dulu adalah aku betul-betul ngikutin kata hati dan gak biarin ada intervensi otak sama sekali.

I am sceptical about medical professional. I don’t like oriental look. I like tall, bright skin, and skinny guy. But I love this guy, and I want to be with him forever dunia akhirat, and I don’t care anything else. Profesi apalagi fisik sama sekali gak penting. Pokoknya maunya suamiku ini. Mau pacarannya cuma ketemu tiga kali selama tiga tahun pacaran, mau jadian cuma lewat chat, mau gak tiap hari chat-chat-an di awal-awal jalin hubungan, mau kata orang dulu kehidupan rumah sakit tu rawan apalagi jaman-jaman koas tidur cewek- cowok satu ruangan rame-rame, I don’t care. Tanpa dipaksa dan tenang-tenangin hati galau karena curiga, aku bisa percaya sama laki-laki ini. Meski sesekali digangguin kawan “emang gak curiga? Emang bisa bertahan LDR gitu? Kan bisa aja dia sama orang lain, kenap kamu gak sama orang lain juga di sini?” I don’t care dan sedikitpun gak ngaruh ke otak aku.

Kalo ditanya kenapa laki-laki ini? Knp mau nikah sama dia? Apa karen dia pinter? Apa karen profesinya yg kata orang-orang menjanjikan? No. Apapun profesinya kalo dia adalah laki-laki ini aku maunya sama dia. Alasan nikahku adalah I love him. That’s all I need and everything will follow. Meski klise, tapi aku masih megang itu. Aku mengartikan cinta krn Allah itu adalah cinta yg dititipkan Allah di hati untuk orang yang tepat, bukan ngaku-ngaku cinta padahal hati kosong tapi alasannya nikah aja krn disuruh agama. Apalagi berani nikah tanpa ada perasaan di awal, wah aku gak masuk yang kayak-kayak gitu. Buatku rasa cinta sebag alasan utama untuk nikah tu amat sangat penting.

Tapi tiap orang beda jalan cerita. Prinsip yang dipegang, cara memaknai nikah, batas toleransi, tentu beda-beda.  Apapun ceritanya, kalo ada satu hal yg bisa kusampein adalah: listen and follow your heart. Blunder mana kata hati dan otak? Istikharah, meditasi, apapun, intinya minta petunjuk Allah, dan gak melawan apa intuisi yg datang sebagai jawaban. Dari kebanyakan orang-orang yang aku temui dan lihat hampir semuanya kek gini sih. Banyak yang kisah cintanya gak masuk akal, tapi mereka tetap nikah sama orang yang dia mau dan bahagia dan bucin-bucin. Mungkin karena aku juga bucin, jadi yang banyak kulihat juga para bucin. Tapi aku juga liat banyak yang milih orang sebatas bibit bebet bobot dan perasaan dikesampingkan bahkan ditaro di belakang, berharap suatu hari rasa cinta bisa tumbuh sendiri. Menurutku ini bahaya sih, karena dengan cinta di awal aja meliharanya butuh usaha, apalagi nol di awal, usahanya mesti berkali-kali lipat. Padahal awal pernikahan tu sangat menantang loh, terutama proses mengenal pasangan. Memang pacaran tu kurang baik dan gak terlalu membantu proses saling mengenal dan agak bahaya melewati batas, tapi kalo dari awal nekat nikah tanpa ada perasaan sama sekali? Coba pertimbangkan lagi 🙂

Jadi, teman-teman yang belum menemukan, please jangan sampe cari jodoh dengan mode desperate. Percayalah orang yang tepat akan dipertemukan dengan kamu di waktu yang tepat. Naikin frekuensi diri, sembuhkan luka-luka batin, bersihkan hati, belajar memberi cinta maksimal untuk diri dengan merawatnya, biar bisa merasakan dan memberi cinta. Jalan cerita orang beda-beda, sama sekali gak bisa dibandingin. Ada yang cepat ketemu jodoh, ada yang lama. Itu bukan karena dia lebih ahli dalam jodoh daripada kamu, tapi bisa aja itu waktu paling tepat untuk dia untuk bertemu jodohnya.

Jadi, gimana? Udah siapin jawaban apa aja nih untuk ketemu keluarga lebaran kali ini?

Maaf lahir batin yaa teman-teman semua.

Taqabbalallahu minna waminkum. Semoga kita betul-betul berada dalam keadaan fitrahnya saat ini.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1443

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Shopping Cart