Mendidik Sesuai Gender

lighthouse, rainbow, field-7252123.jpg

Memanjakan anak-anak laki-laki, apa-apa diservis karena mungkin di mata orang tuanya derajatnya lebih tinggi dibanding anak-anak perempuannya, justru mematikan sisi maskulinnya. Terus heran kenapa laki-laki sekarang gampang gamang sampe bikin istri frustrasi? Kehilangan sisi maskulin yg bisa direspek sama istrinya, sedangkan laki-laki butuh respek, istrinya juga bersalah gak bisa respek sama suaminya, jadinya terganti peran maskulin, semua dihandle sendiri (terutama kerjaan rumah), capek sendiri, frustrasi, marah-marah, korbannya anak.

Lingkaran setan.

Banyak tuntutan ke anak perempuan, mesti bisa ini itu, mesti sekolah tinggi, cari uang, sekaligus dituntut mesti bisa ngurus rumah dan anak SENDIRIAN, mematikan sisi femininnya. Terus heran kenapa istri-istri marah-marah, frustrasi, banyak protes, merasa kurang bantuan, susah mengutarakan maunya apa? Kehilangan sisi feminin yg bisa diservis sama suaminya, sedangkan perempuan butuh diservis, suaminya juga salah gak bisa ngasi servis karena merasa perannya udah dihandle semua sama istrinya, jadinya terganti peran feminin, justru suami yang kebanyakan menerima servis, kehilangan rasa hangat ke istri, numb, gak ada simpati liat istri kalang-kabut.

Lingkaran setan.

Itu tidak wajar. Adalah orang-orang putus asa yg berpikirnya “ah memang kayak gitu, mau gimana lagi”. Mewajarkan yg udah rusak adalah orang-orang putus asa.

Mesti stop di generasi ini. Selalu ada harapan kalau kita mau mulai memutus rantai trauma generasional ini. Udah cukup pemikiran-pemikiran bobrok memuakkan itu 🥲 selalu rasakan apakah ini benar? Setidaknya dalam hati kecil adalah merasa terganggu dikit aja. Kalau ada, artinya ada yg salah. Kalau tiap rasa terganggu itu selalu ditimpa sama pemikiran “ah emang udah kayak gitu, wajarnya kayak gitu”, mau sampe kapan dunia sebobrok ini?

Mungkin membayangkan seluruh dunia akan berubah terlalu berlebihan. Tapi kita bisa mengubah dunia kecil kita, yg berputar di sekeliling kita, mulai dari mengubah diri dan pendidikan di keluarga kecil kita. Energi menarik energi. Kalau diri berkembang menjadi lebih baik, demikian pula sekeliling kita, yg berinteraksi dengan kita. Nonsense kita bisa ngubah orang, yg bisa diubah adalah diri.

Jadi, dukung kemaskulinan anak laki-laki kefemininan anak perempuan kita. Didik anak laki-laki untuk bisa ngasi servis ke ibunya. Minta tolong ambilkan air minum, minta pijitin, siapin makan, misalnya. Didik anak perempuan untuk bisa merawat dirinya dan belajar mencipta. Ajak bikin yg kreatif-kreatif, ngajak olahraga, deep talk, misalnya.

Life is beautiful if you believe so, also torturing if you believe so. You choose 🙂

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Shopping Cart