Tutur Batin

Aku tak sempurna

Tak perlu sempurna

Akan kurayakan apa adanya

Hoof. Sesering apapun aku dengar potongan lirik itu masi merinding dan berkaca-kaca T.T

Semingguan ini lagi dengarin lagu itu terus. Itu adalah lirik lagunya Yura Yunita, judulnya tutur batin. Sebenarnya isi lagunya adalah cerita pengalaman dia pernah dianggap remeh, dianggap gak cukup sama orang-orang waktu dia remaja. Dia dibilang kurang tinggilah, kurang ini kurang itu, sampe pernah dia suruh audisi orang yang bisa lip sync-in dia. Cerita dia bisa didengar di sini.

Tapi buat aku lagu ini kek proyeksi aku sama diri sendiri. Kayak dua sisi aku yang saling ngobrol. Kayak sisi bijak aku ngomong sama sisi conditioned aku.

Kau yang ke sana ke mari, kau anggap aku tak cukup

Aku yang nyari kesana-kemari, coba buat fit di ekspektasi aku sendiri yang sebenarnya gak otentik yang terbaik versi aku. Aku selama ini maksa diri pingin kayak orang lain yang aku mau. Aku kepingin bisa produktif nulis scientific, pingin bisa lanjut sekolah lagi nerusin ilmu S2 aku, pingin jadi ibu serba bisa yang segala-galanya dihandle sendiri kalo bisa sambil sekolah, pingin bisa ngomong lancar, pingin gak jadi orang yang emosional. Aku selalu pingin merubah diri jadi versi lain dari aslinya aku.

Semua kesempatan dan langkahku coba kau tutup

Karena maksain diri jadi versi yang “aku mau”, aku frustrasi dan kecewa sendiri kok gak bisa-bisa? Muncul rasa gak pantes, emang gak bisa, I am not worth it, I can’t do anything. There is no place in this world for me. Ujung-ujungnya pikiran-pikiran ini yang nutup jalan aku sendiri T.T T.T T.T

Sampe akhirnya, aku terima, dan masih dalam proses sepenuhnya menerima, bahwa aku bukan yang kayak ekspektasi aku sendiri.

‘Kan kubuat jalanku sendiri

Bagian diriku yang sadar, yang udah menerima, pelan-pelan mencoba membuka jalan baru, untuk menjalani hidup sepenuhnya, kayak yang dia mau, yang dia tau itu benar, bukan karena kepingin kayak si ini atau itu. Yang asli, yang gak terbeban “tapi kan aku dulu sekolahnya x, dulu aku jagonya y, dulu aku cita-citanya z”. Yang gak terbeban rasa khawatir bahwa rejeki gak akan cukup untuk dia.

Tutur batinku tak akan salah

Silakan pergi, ku tak rasa kalah

Aku udah ikhlas, dan dalam proses ikhlas sepenuhnya, merelakan ekspektasi aku sama diriku sendiri. Melepaskan kepinginan aku lanjut sekolah di bidang yang aku pikir harusnya aku terusin. Aku gak akan merasa hina lagi, merasa kalah karena ilmu S1 S2 aku sia-sia karena aku gak pake. Karena itu gak membuat aku bahagia. Meski aku sekarang masi ada di posisi ini dalam ikhtiar mencari rejeki, aku masih berproses mencari apa yang masih bisa kujalani dengan bahagia. Apa masih ada bagian dari status (pekerjaan) ini yang bisa kujalani dengan hati lapang. Aku udah melepas, dan sedang proses melepas ekspektasi aku sama diri sendiri yang dikotori kata-kata “seharusnya” dari hasil conditioning, bukan dari kata hati.

Namun percayalah sejauh mana kau mencari

Tak kan kau temukan yang sebaik ini

Aku terima diriku apa adanya. Yang ternyata sampe saat ini gak bisa ngomong lancar dengan tenang apalagi di muka umum, yang masih perlu cari cara lebih lanjut, lebih effort untuk bisa ngomong lancar, yang ternyata butuh ditulis dulu baru bisa diomongin bahkan dalam obrolan santai. Yang ternyata gak suka sama bidang yang digelutinya sekarang. Yang gak bisa terinspirasi out of no where, harus explore dan coba sana sini. Yang gampang tertarik juga sama kesukaan orang. Yang bisa aja excitement nya shifting setelah dijalani. Yang emosional. Yang udah mengalami masa kecil hingga dewasa yang pait. Aku terima, dan sedang dalam proses menerima diriku apa adanya. Karena memang sejauh apapun aku mencari sepanjang aku idup, versi diriku yang aslilah yang terbaik yang udah aku punya, yang udah Allah kasi.

Aku cuma mau bersyukur sama Allah, atas semua yang udah Dia ijinkan untuk aku alami, atas semua yang udah diberikan-Nya padaku tanpa aku minta. Aku juga minta ampun, karena terlalu lama aku berlarut melihat rendah diri, padahal Allah udah memberi anugerah-Nya yang terbaik yang ada dalam diriku, tanpa aku minta, sesuai kebutuhanku, kebutuhan sekitarku, kebutuhan semesta terhadapku.

Jiwa yang terbaik itu hanya

Aku

I don’t know if you feel it, but this is the most emotional one I’ve ever write 😀

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Shopping Cart