Abundance Mindset: Hubungan dengan Uang

dandelions, dandelion, meadow-419858.jpg

Sering Allah ngasi petunjuk lewat semesta atas pertanyaan atau masalah yang lagi mengganggu pikiran. Aku notice dalam 2-3 bulan ini, dua kali hal ini kejadian di aku. Pertama, saat aku tiba-tiba dihadapkan sama keadaan dimana aku harus berlatih bisa tetap respek sama seseorang yang kebijaksanaannya masih sangat aku perlukan tapi ada pandangan dia yang aku hampir gak setuju total. Susah, saking susahnya aku lumayan pusing dan sempat gak bisa tidur. Kedua, saat aku merasa benciii luar biasa sama sesuatu yang masih melekat sama aku, yang aku sampe sekarang gak punya keberanian untuk melepasnya dengan alasan masih butuh. Kedua keadaan ini entah kenapa aku ketemu jawabannya dari podcastnya Dayluna yang sebetulnya udah pernah aku dengar. Tapi pas aku dengar lagi, aku langsung bergetar dan clinggg, ini jawaban yang aku cari.

Aku mau share pengalaman kedua, soal hal yang mengungkung aku karena rasa benci yang lumayan kuat sama sesuatu.

Ini adalah Podcast Dayluna episode Attracting Wealth with Human Design. Meski ini bahasannya Human Design, tapi yang dibahas adalah pandangan soal uang dan kesejahteraan secara umum. Masalah yang terjawab dan jadi terang untuk aku dari Podcast ini adalah, kalau kita benci sama sesuatu, kita juga menarik energi benci itu. Benci itu energi gak baik yang bergetaran rendah. Kalau aku tetap bergetar dalam frekuensi itu, maka yang datang juga energi gak baik. Mau aku berusaha sekeras apa untuk lepas dari hal yang aku benci, kalo fokusnya di rasa benci, ya gak bisa lepas juga. Pas dengar itu hatiku nyess. Sebetulnya kalo ditanya dalam-dalam hati ini tau apa yang membelenggu aku: rasa benci itu. Tapi tetap aja kadang butuh validasi dari luar, dalam hal ini mesti diconfront sama Dana dan Shayna 😀

Btw aku coba tulis di bawah apa-apa aja expensive insight dari episode tentang kesejahteraan ini. Lebih kurang ini catatanku waktu dengar podcastnya.

Abundance vs Scarcity mindset

Mindset kita tentang uang banyak yang dipengaruhi bentukan lingkungan, khususnya lingkungan keluarga. Kalo dari yang dijelasin Dana dan Shayna, mindsetnya dibagi jadi dua: berkelimpahan dan berkekurangan. Poin-poinnya aku coba list di bawah.

Abundance mindset/pola pikir berkelimpahan:

  • Uang adalah energi yang mengalir. Karena mengalir, uang akan selalu keluar dan ada untuk kita (konsep rejeki), jadi kita gak akan kekurangan
  • Semua orang bisa bahkan udah sejahtera. Dari lahir kita udah ditentukan rejekinya, gak akan tertukar dengan siapapun. Kita udah sejahtera dari lahir.
  • Fokus pada hal-hal yang diinginkan. Dengan fokus pada hal-hal baik yang kita inginkan, hal yang sama akan mendekat pada kita
  • Terbuka dengan berbagai kesempatan dan berpartisipasi pada kegiatan atau apapun yang menuju pada kesejahteraan
  • Uang yang kita keluarkan (untuk hal-hal yang membawa kebahagiaan sejati) akan kembali kepada kita bahkan berkali-kali lipat
  • Uang bisa memfasilitasi pengalaman yang membawa energi baik (menyenangkan, bahagia, cinta)
  • Uang akan datang dengan mudah kalau kita terbuka dan siap menerimanya. Kita harus percaya bahwa kita layak menerima kesejahteraan biar kesejahteraan itu mau datang pada kita

Scarcity mindset/pola pikir berkekurangan:

  • Saving money is the way to have more money. Kita merasa apapun yang udah kita dapat dari kerjaan misalnya, harus ditabung semaksimal mungkin karena takut uangnya habis
  • Kesejahteraan cuma untuk sebagian orang yang kita anggap beruntung dan di luar jangkauan kita. Kita merasa gak layak untuk sejahtera dan punya banyak uang
  • Kita gak boleh make uang untuk hal-hal yang kita inginkan. Ujung-ujungnya selalu nyesal dan merasa bersalah kalau make uang untuk kesenangan
  • Fokus pada hal-hal yang kita gak mau, yang padahal justru mendekatkan kita pada hal yang kita gak mau itu. Misal, kita gak mau dekat-dekat sama utang, terus-terusan mikirin itu, tapi malah mendekatkan kita dengan utang.
  • Saat mengeluarkan uang rasanya uang itu hilang dari kita. Padahal ya kita nukarin uang itu dengan hal yang kita mau, dan uang itu akan terus berputar dan mengalir balik lagi ke kita. Balik lagi, konsep rejeki
  • Takut kehilangan uang saat menggunakan uang untuk hal-hal yang kita mau
  • Fokus pada hal-hal yang kita gak punya, jadi merasa diri kekurangan terus. Balik lagi kalo kita merasa kekurangan, kekurangan juga yang tetap dekat dengan kita

Sadar/gak sadar, kita terbentuk di lingkungan dengan scarcity mindset. Meski udah kita pegang hampir seumur hidup, kita gak perlu megang pemahaman itu sampe kapanpun kok. Kita bisa memilih untuk melepas pemahaman itu dan terbuka dengan pandangan baru yang besar potensinya bisa membawa kita kepada kesejahteraan. Apa aja bentukan pemahaman/conditioning yang dibuat oleh masyarakat kita?

Uang adalah sumber kejahatan. Orang yang punya banyak uang pasti orang jahat, dan orang miskin adalah orang baik.

Padahal uang dan baik/gak baiknya orang tu gak ada hubungannya. Orang bisa jadi miskin sekaligus jahat kan. Juga orang bisa punya banyak uang dan tetap bisa berbuat baik dan penuh cinta. Uang gak membawa keburukan, malah dengan uang kita bisa melakukan, mendapatkan, dan mengalami banyak hal baik.

Uang gak bisa sejalan dengan spiritualitas dan kreativitas

Padahal banyak jalan untuk tetap kreatif dan mengutamakan spiritual dan tetap punya banyak uang. Misalnya sekarang bisa memanfaatkan internet dengan berbagai platform yang bisa menyalurkan kreativitas dan tetap menghasilkan uang. Kalau kita menjalani hal kreatif yang betul-betul kita suka dan tekuni pasti ada aja jalannya untuk mendapatkan uang. Asal fokus pada rasa bahagia dalam menjalankannya pasti manfaat akan tetap mengalir, begitu juga dengan kesejahteraan.

Uang cuma bisa didapat dengan kerja keras/bersusah-payah

Padahal semakin mudah kita bekerja, semakin mudah juga kita mendapatkan uang. Karena kalau kita melakukan hal yang kita suka dan dilakukan dengan rasa bahagia, yang sulitpun akan terasa mudah, bahkan kita bisa gak merasa sedang berusaha keras. Makanya kita perlu mendalami bidang yang kita suka. Semakin kita expert, semakin kita mudah dan enjoy melakukannya, dan semakin mudah juga rejeki mengalir.

Orang kaya adalah orang gak baik

Kalau kita membenci orang-orang dengan banyak uang dan menjauhinya, kita akan semakin jauh dari kesejahteraan. Kalau ada orang yang uangnya banyak dan jahat, dia jahat bukan karena uangnya. Dia aja yang emang jahat. Uang itu gak jahat atau baik. Uang itu netral, tapi bisa mempertegas dan memperkuat sisi jahat atau baik seseorang.

Orang yang banyak uang adalah orang yang materialistik/suka dengan hal-hal duniawi

Emangnya dimana salahnya suka dengan hal-hal material? Rumah bagus, bisa sering jalan-jalan ke luar negeri, punya banyak aset, dll kan bagus. Semuanya bisa membawa ke pengalaman baik, bisa jadi jalan berbuat baik, bisa jadi jalan syukur. Gak ada yang salah dengan materi, asalkan sadar itu semua titipan dan meminimalisasi rasa kemelekatan sama hal-hal itu.

Kalo disimpulkan, kita bisa menarik kesejahteraan dengan melakukan beberapa hal ini:

  • deconditioning/melepaskan limiting beliefs
  • Fokus pada hal-hal yang kita mau, bukannya pada hal-hal yang kita gak mau
  • Berdoa/minta pada Allah hal-hal yang kita mau, mau spesifik atau enggak tergantung, tapi jangan ngatur Allah caranya harus kayak yang kita mau. Silakan doa spesifik, misal pingin pekerjaan X, tapi jangan ngatur Allah cara menuju kerjaan itu. Allah sebaik-baik penulis skenario, kita cuma disuruh doa, disuruh minta. Doa juga ibadah, dan Allah senang kalo hamba-Nya banyak minta. Asal jangan ngatur-ngatur 🙂
  • Buat list langkah-langkah apa yang bisa kita lakukan untuk mendekatkan diri dengan kesejahteraan, mulai dari kebiasaan-kebiasaan kecil dulu. Misalnya biasain bangun pagi, olahraga, spare waktu 1-2 jam di sela kesibukan untuk melakukan hal yang kita suka, dsb. Dan list ini juga bisa berubah-ubah, ikuti aja gimana mengalirnya.
  • Pikirkan dan cari gimana caranya mendapatkan uang daripada fokus ke gimana caranya nabung dan takut mengeluarkannya (karena masih terkungkung mental berkekurangan)
  • Banyak memberi/berbagi/sedekah, karena pasti akan diganti berkali-kali lipat.
  • Punya energi untuk hal-hal besar yang bisa kita dapatkan dan yakin bahwa kita pantas mendapatkannya. Misalnya kepingin punya villa di Dago Atas, jangan buru-buru bilang gak mungkin. Kenapa enggak? Uang di dunia ini gak terbatas, dan selalu cukup untuk kita. Kita juga pantas dapatin itu, bukan cuma orang-orang tertentu.
  • Be grateful with what you have and can have in the future. Jujur, kalimat terakhir ini yang paling powerful untuk aku T.T

Sebetulnya ada penjelasan human designnya (yaiyalah kan podcast human design) tapi kali ini rasanya aku pingin bahas gambaran umumnya aja. Plus, karena mereka membahasakan the greater energy source nya semesta, aku transform ke Tuhan di sini. Karena itu yang aku yakini. Semesta bekerja selaras dengan kita, tapi jangan lupa minta selalu ke Allah yang punya seisi alam semesta ini. Semesta adalah teman kita, tapi Allah adalah Tuhan yang memilikinya, yang memerintahkannya untuk membantu kita. Jadi, mari berteman baik dengan semesta 🙂 lepaskan pemahaman lama yang udah gak cocok lagi ada di diri, biar kita yakin rejeki Allah gak terbatas untuk kita. Biar kita gak merasa rejeki datang dari kerja keras. Karena, bukankan ikhtiar itu ibadah juga kayak sholat, puasa, sedekah, menolong orang, dll, sedangkan rejeki bisa datang dari mana aja yang udah Allah tentukan? Kalo kita terlalu menggantungkan rejeki dari apa yang kita usahakan, kita jadi batasin rejeki Allah yang tanpa batas itu. Jadi mending kita mulai cari interest kita apa, kita dalami, dan dijalankan dengan bahagia dan cinta.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Shopping Cart